- Osamu Shimomura, dari Marine Biological Laboratory (MBL), Woods Hole, MA, USA and Boston University Medical School, MA, USA,
- Martin Chalfie, dari Columbia University, New York, NY, USA
- Roger Y. Tsien, dari University of California, San Diego, La Jolla, CA, USA
Untuk penemuan dan pengembangan GFP (green fluorescent protein)
GFP Protein Yang Bersinar – Mercusuar Untuk Bidang Biokimia
Apa itu GFP? GFP merupakan singkatan dari “green fluorescent protein” atau kalau dibahasa Indonesiakan menjadi “protein ber-flouresensi hijau” GFP adalah protein yang mengandung asam amino 238 (26,9 KDa) dari spesies ubur-ubur Aequorea Victoria yang bisa berflouresensi warna hijau dengan adanya penyinaran warna biru (sinar ultraviolet).
GFP (Green Fluorescent Protein) pertama kali ditemukan di dalam spesies ubur-ubur, Aequorea Victoria pada tahun 1962. Sejak saat itu protein ini menjadi salah satu sarana yang sangat penting untuk dipergunakan dalam penelitian-penelitian biosains modern. Dengan menggunakan GFP ini maka peneliti bisa mengembangakan cara untuk melacak sintesis protein, menentukan lokasi protein tertentu, atau mengetahui pergerakan protein di dalam sel makhluk hidup.
Di dalam sel tubuh kita terdapat puluhan hingga ratusan protein yang beraneka jenis fungsinya, protein-protein tersebut memegang peranan yang penting dalam mengontrol proses kimia yang berlangsung di dalam sel. Bayangkan apabila terjadi malfungsi dalam produksi protein itu maka yang terjadi adalah datanganya penyakit dalam tubuh. Oleh sebab itu maka sangat penting bagi para ilmuwan biosains untuk bisa memetakan berbagai macam protein tersebut yang terdapat di dalam tubuh.
Dengan menggunakan teknologi DNA, para ilmuwan telah berhasil menggabungkan GFP dengan berbagai macam jenis protein lain sehingga pergerakan, posisi, dan interaksi protein ini bisa diamati. Para peneliti juga bisa mengikuti tujuan berbagai macam sel dengan bantuan GFP seperti sel-sel rusak penyebab penyakit Alzheimer atau bagaimana terciptanya sel beta- penghasil insulin dalam pankreas janin yang baru berkembang. Satu hal yang sangat spektakuler adalah keberhasilan para ilmuwan untuk memberi “protein tag” sel syaraf tikus dengan berbagai warna sehingga para ilmuwan bisa mempelajari berbagai macam protein berbeda yang bekerja dalam waktu bersamaan
Melihat pentingnya peranan GFP itulah maka Panitia Nobel Kimia 2008 menganugerahkan hadiah Nobel kepada para ilmuwan berikut:
Osamu Shimomura
Orang pertama yang mengisolasi GFP dari spesies ubur-ubur Aequorea victoria, dia menemukan bahwa protein ini bersinar dengan warna hijau cerah dibawah sinar ultraviolet.which
Martin Chalfie
Menunjukan penggunaan GFP sebagai penanda genetic pada berbagai fenomena biologi. Pada salah satu penelitian pertamanya dia berhasil memberi warna 6 sel Caenorhabditis elegans dengan menggunakan GFP.
Roger Y. Tsien,
Berkontribusi pada pemahaman umum bagaimana GFP berflouresensi. Dia juga telah mengembangkan cara pemberian warna lain selain hijau sehingga hal ini bermanfaat bagi banyak ilmuwan yang ingin mempelajari berbagai macam proses biologis dalam waktu bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar