search
Selasa, 09 Agustus 2011
Sel Volta
Luigi Galvani (1780) dan Alessandro Volta (1800) telah menemukan terbentuknya arus listrik dari reaksi kimia. Reaksi kimia yang terjadi merupakan reaksi redoks (reduksi dan oksidasi) dan alat ini disebut sel volta.
1. Proses
Logam tembaga dicelupkan dalam larutan CuSO4 (1 M) dan logam seng dicelupkan dalam larutan ZnSO4 (1 M). Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam.
Jembatan garam merupakan tabung U yang diisi agar-agar dan garam KCl. Sedangkan
kedua elektrode (logam Cu dan logam Zn) dihubungkan dengan alat penunjuk arus yaitu
voltmeter. Logam Zn akan melepaskan elektron dan berubah membentuk ion Zn2+ dan bergabung dalam larutan ZnSO4 . Elektron mengalir dari elektrode Zn ke elektrode Cu. Ion Cu2+ dalam larutan CuSO4 menerima elektron dan ion tersebut berubah membentuk endapan logam Cu.
Reaksinya dapat digambarkan:
Reaksi oksidasi : Zn ⎯⎯ → Zn2+ + 2 e–
Reaksi reduksi : Cu2++ 2 e– ⎯⎯ → Cu
__________________________+
Reaksi bersih pada sel : Zn + Cu2+ --> Zn2+ + Cu
Penulisan dapat disingkat Zn | Zn2+ || Cu2+ || Cu
2.Elektrode pada Sel Volta
Katode :
- Elektrode di mana terjadi reaksi reduksi, berarti logam Cu.
- Dalam sel volta disebut sebagai elektrode positif.
Anode :
- Elektrode di mana terjadi reaksi oksidasi, berarti logam Zn.
- Dalam sel volta disebut sebagai elektrode negatif.
3.Fungsi Jembatan Garam
Dalam larutan ZnSO4 terjadi kenaikan jumlah ion Zn2+ dan dalam larutan
CuSO4 terjadi penurunan jumlah ion Cu2+. Sedangkan banyaknya kation (Zn2+ atau Cu2+) harus setara dengan anion . Untuk menyetarakan kation dan anion, maka ke dalam larutan ZnSO4 masuk anion Cl– dari jembatangaram sesuai bertambahnya ion Zn2+.Pada larutan CuSO4 terjadi kekurangan Cu2+ atau dapat disebut terjadi kelebihan ion , maka ion masuk ke jembatan garam menggantikan Cl– yang masuk ke larutan ZnSO4. Jadi, fungsi jembatan garam adalah menyetarakan kation dan anion dalam larutan.
4. Potensial Elektrode
Banyaknya arus listrik yang dihasilkan dari kedua elektrode di atas dapat ditentukan besarnya dengan menetapkan potensial elektrode dari Zn dan Cu. Hanya saja potensial elektrode suatu zat tidak mungkin berdiri sendiri, harus ada patokan yang menjadi standar. Sebagai elektrode standar digunakan elektrode hidrogen. Elektrode ini terdiri atas gas hidrogen murni dengan
tekanan 1 atm pada suhu 25 ºC yang dialirkan melalui sepotong platina yang tercelup dalam suatu larutan yang mengandung ion H+sebesar 1 mol/liter.
Potensial elektrode hidrogen standar diberi harga = 0 volt (Eº = 0 volt).
Reaksi:
2 H+(aq) + 2 e– --> H2 (g); ΔH = 0 volt Eº = 0 volt
Menurut perjanjian internasional, jika ada suatu zat ternyata lebih mudah
melakukan reduksi dibanding hidrogen, maka harga potensial elektrodenya
adalah positif. Potensial reduksinya positif.
Cu 2+(aq) + 2 e– --->Cu(s); Eº = + 0,34 volt
Ag+(aq) + e– --->Ag(s); Eº = + 0,80 volt
Tetapi jika zat ternyata lebih mudah melakukan reaksi oksidasi dibanding
hidrogen, maka harga potensial elektrodenya adalah negatif. Dalam hal ini
potensial oksidasinya positif, tetapi karena potensial elektrode harus ditulis
reduksi berarti potensial reduksinya adalah negatif.
Zn2+(aq) + 2 e– --->Zn(s); Eº = 0,76 volt
A13+(aq)+ 3 e– --->A1(s); Eº = 1,76 volt
Jadi, potensial elektrode digambarkan dengan reaksi reduksi.
http://ora24.cafe24.com/Science/Volta.htm
Berikut daftar harga potensial elektrode untuk logam-logam yang penting.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar